Hitam kelam
Merambat dari kuku ibuku yg berbau tak sedap
Dia tenang menunda laparnya
Di depan penggorengan tanpa minyak atau api
Dia menggaruk kakinya tergoda nyamuk penggoda
Matanya terus tertuju ke televisi 14 inch
Menghibur diri setelah lelah ini dan itu
Pasti, tak lama suaminya yg lemah menyuarakan namanya
Ibuku akan tetap datang bersusah payah mengangkat tubuhnya
Terlihat sekali badannya harus berteman dengan kasur usang miliknya -lagi
Untuk membenarkan pinggangnya yg encok
aku berdoa -bertanya- pada-Mu Tuhan!
“-Sudahkah- Putih Benderangkan jiwa dan hatinya -?”
Merambat dari kuku ibuku yg berbau tak sedap
Dia tenang menunda laparnya
Di depan penggorengan tanpa minyak atau api
Dia menggaruk kakinya tergoda nyamuk penggoda
Matanya terus tertuju ke televisi 14 inch
Menghibur diri setelah lelah ini dan itu
Pasti, tak lama suaminya yg lemah menyuarakan namanya
Ibuku akan tetap datang bersusah payah mengangkat tubuhnya
Terlihat sekali badannya harus berteman dengan kasur usang miliknya -lagi
Untuk membenarkan pinggangnya yg encok
aku berdoa -bertanya- pada-Mu Tuhan!
“-Sudahkah- Putih Benderangkan jiwa dan hatinya -?”